Cerita Tentang Hari Ini

Waktu terus berjalan dan setiap saat ada saja masalah lingkungan . Sejak kemarin 1 Juli 2020 peraturan DKI dan peraturan pemerintah yang melarang pemakaian kantong Plastik kresek sudah dimulai. Pro dan kontra terjadi di medsos maupun pemberitaan di TV.

Apa yang sedang terjadi di masyarakat saat ini, menunjukkan kita tidak pernah siap & sungguh – sungguh memberikan solusi terkait kepentingan masyarakat banyak.

Terkadang peraturan dikeluarkan dan uji materi nya justru pada saat pelaksanaan. Semua perhatian jadi terpusat pada masalah tersebut. Beberapa minggu ke depan kita akan disajikan dengan berita tentang dampak pelarangan ini di semua sektor kehidupan masyarakat. Pertama yang di complain adalah Pemerintah. Kita seperti mulai lupa bahwa Covid belum berlalu dan masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan. Contohnya beradaptasi dengan New Normal dan New Norm. Karena itu mari kita berhenti menyalahkan satu sama lain, sadarilah permasalahan tetap ada dan masyarakat semakin resah dan terbebani.

Yang sudah terjadi saat ini  biarlah menjadi pembelajaran bagi kita bersama, fakta bahwa Pergub DKI belum menjadi  satu – satunya solusi yang tepat untuk menjawab permasalahan sampah. Mari kita gunakan akal sehat untuk menjadi solusi mengenai hal ini dan membantu pemerintah mencapai tujuan  lingkungan sehat, masalah sampah teratasi dari waktu ke waktu dan masyarakat hidup tenang mencari nafkah.

Masalah sampah tidak bisa diselesaikan seperti magic tetapi butuh kerjasama semua elemen yang memiliki solusi untuk berkolaborasi sehingga menjadi kekuatan sebagai solusi lokal bangsa Indonesia.

Siapa yang tergerak untuk memulai? Less ego more eco, berdamai dengan kepentingan diri sendiri atau sekelompok orang demi menuju Indonesia Sehat & Bersih.

Salam Hijau,
#sadarsampah
#bijakplastik
#solusilokal
#indonesiamampu
#indonesiaberjaya

Donasi kantong plastik (Biodegradable) ramah lingkungan yuk!

Salam hijau,

Pandemic Covid-19 yang terjadi saat ini sungguh berdampak besar pada kehidupan kita, diberlakukannya #selfquarantine yang berdampak pada kehidupan sehari-hari kita, banyak teman-teman yang dirumahkan sehingga tidak bisa bekerja, bagi teman-teman ojek online, supir taksi, pedagang kaki lima pun kena dampaknya, kesulitan untuk mencari nafkah.

Hal tersebut menggerakan hati teman-teman lainnya untuk membantu sesama dengan melakukan donasi dan memberikan sembako untuk meringankan beban teman-teman yang kesulitan. 

Gerakan PASTI berterima kasih atas kepedulian teman-teman yang sudah membantu turun ke jalan membagikan sembako, ada hal lain yang menarik perhatian kami, yaitu penggunaan kantung plastik konvensional  untuk membagikan sembako, bertambahnya jumlah penggunaan kantung plastik yang tidak terkontrol menjadi perhatian kami. 

Kami datang dengan solusi untuk membantu teman-teman yang ingin berbagi sembako, tapi tetap bisa menjaga lingkungan. 

Kami membuka donasi yang akan kami gunakan untuk memproduksi kantung plastik ramah lingkungan (Biodegradable) yang terurai dan kami akan salurkan kepada komunitas/teman-teman yang membagikan sembako. Dari masyarakat kembali ke masyarakat.

Solusi lokal untuk Indonesia

4R : Reuse, Reduce, Recylce & Return to Earth.

#sadarsampah

#bijakplastik

#PASTImenanglawancovid19 

BUKU BIJAK PLASTIK KENALI JENISNYA (EDISI PERTAMA)

Salam Hijau,

Di masa pandemik ini, sambil menjalankan WFH, Social Distancing (SD) / Physical Distancing (PD) kami mengeluarkan tulisan tentang Bijak Plastik

Pada edisi ini kami fokus membahas jenis-jenis plastik untuk teman-teman kenali.

Tidak hanya itu kami juga membahas situasi sampah yang terjadi di tanah air kita saat ini, lengkap dengan fakta-fakta yang sudah kami kumpulkan.

Kami memiliki tujuan untuk membantu teman-teman di masyarakat untuk lebih paham dan bijak dalam menggunakan plastik, karena kita tidak mungkin hidup bebas 100% dari plastik, alangkah baiknya kita bisa menjadi lebih bijak  karena memilik pengetahuan tentang plastik.

Semoga teman-teman memiliki sedikit waktu untuk mengunduh dan membaca Buku Bijak Plastik Edisi Pertama (Kenali Jenisnya) kami ini dan semoga mata , hati dan pikiran teman-teman bisa lebih jernih melihat situasi yang ada.

Terima kasih

#sadarsampah 

#bijakplastik

#PASTImenanglawanCovid19

 

Plastik Oxo-biodegradable Jadi Mikroplastik?!

Beberapa waktu belakangan ini marak bermunculan produk-produk ramah lingkungan yang ditawarkan sebagai solusi untuk permasalahan sampah plastik, salah satunya adalah teknologi oxo-biodegradable. Keunggulan teknologi tersebut sebagai salah satu solusi permasalahan sampah plastik sesungguhnya tidak perlu diragukan lagi, pun begitu sebagai salah satu teknologi baru di Indonesia, banyak miskonsepsi yang beredar di masyarakat. Dari isu mikroplastik hingga isu greenwashing tak luput ikut mengiringi Oxium (oxo-biodegradable plastic) sebagai pioner teknologi oxo-biodegradable di Indonesia.

Betulkah teknologi Oxo-biodegradable menyebabkan mikroplastik?

Sejak tahun 2009, penelitian aspek biodegradasi pada plastik berteknologi oxo-biodegradable sudah dilakukan. Penelitian tersebut membandingkan plastik oxo dengan plastik konvensional (PE). Hasilnya cukup mengejutkan karena ditemukan jamur setelah melalui proses mineralisasi selama 3 bulan dalam kompos. Selain itu, pertumbuhan fungi juga ditemukan setelah plastik oxo ter-ekspose di alam, yang mana hal tersebut tidak terjadi pada plastik konvensional. Dalam fase abiotik juga ditemukan adanya pertumbuhan bakteri dan hasil penelitian ini  telah dipublikasikan di jurnal “Polymer Degradation and Stability”.

Tahun-tahun berikutnya yakni 2011, 2013, 2014, 2015, 2018 juga bermunculan berbagai publikasi mengenai teknologi oxo, baik dalam bentuk jurnal maupun hasil uji laboratorium yang semakin menegaskan bahwa plastik oxo-biodegradable mampu mengalami proses terurai (degradation) yang sempurna. Tidak hanya berhenti di oxodegradasi saja, namun berlanjut hingga biodegradasi dengan hasil akhir CO2, CH4, H2O dan biomassa.

Berbagai penelitian mengenai teknologi oxo-biodegradable baik yang dilakukan oleh peneliti dalam maupun luar negeri dirangkum sebagai berikut:

  • Ojeda et al, 2009

Aspergillus dan penicillium ditemukan setelah mineralisasi dalam waktu tiga bulan dalam kompos. Terjadi pertumbuhan fungi setelah satu tahun di alam, sedangkan PE konvensional tidak demikian. Dalam fase abiotik, ditemukan bacteria Rhodococcus rhodochrous dan Nocardia asteroides.

  • Balai Pengkajian Bioteknologi, 2011

Pengujian ini untuk melihat proses biodegradasi dari UV exposed OXIUM  (Oxium yang sudah terurai) dengan menjadikan OXIUM sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan mikroorganisme.

Secara sederhana material yang bisa menjadi nutrient (sumber makanan) bagi mikroorganisme, akan menyebabkan organisme tersebut  tumbuh dan meningkatkan populasi, yang pada akhir proses metabolismenya menjadi CO2, H2O dan biomass. Dengan kata lain, material tersebut mampu terurai secara biologis atau biodegradable melalui aktivitas mikroorganisme.

Laporan hasil pengujian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah koloni pada plastik yang mengandung OXIUM, sedangkan pada plastik tanpa OXIUM peningkatan jumlah koloninya rendah dan cenderung menurun setelah 90 hari kultivasi. Selain itu, peningkatan konsentrasi OXIUM sebagai sumber nutrisi mikroorganisme juga sejalan dengan peningkatan pertumbuhan populasi. Artinya, pengujian ini mengkonfirmasi bahwa OXIUM mampu menjadi nutrisi bagi mikroorganisme dan ter-biodegradasi menjadi CO2, H2O dan biomassa.

  • Gomes et al., 2013

Mikroorganisme yang teridentifikasi setelah proses pengomposan dalam simulated tanah sebagai berikut :Geothrichum spp, Mucor spp, Rhizopus spp, Trichoderma spp, Aspergillus niger spp, Zygomycota, Penicillium spp, Nematode, Protozoa

  • Da Luz, 2013 

Dalam jurnal yang diterbitkan tahun 2013 ini dinyatakan bahwa oxobiodegradable plastic pasca degradasi telah menunjukkan performa sebagai berikut : terbentuknya  gugus OH (hidroksil), ikatan karbon oksigen, perubahan visual dan mikroskopik, seperti permukaan keriput, adanya lubang, retak, luruh, pudarnya warna serta degradasi mikrobial yang ditunjukkan dengan tumbuhnya Pleurotus ostreatus.

  • Mukamto et al. 2015. 

Mukamto et al., telah melakukan penelitian di TPA Benowo, Surabaya dan berhasil mengidentifikasi tumbuhnya Mycobacterium pada film oxobiodegradable plastic disana.

  • Laporan Hasil Uji ASTM 6954, BPPT, 2018

Referensi

Balai Pengkajian Bioteknologi, 2011. Biodegradation of UV Exposed Film with Variant to Allow Higher Accuracy in Microbial Population Growth Count Using ASTM G21-09.

Europeran Commision, 2018.  Report From The Commission To The European Parliament And The Council : on the impact of the use of oxo-degradable plastic, including oxo-degradable plastic carrier bags, on the environment

Gomes, L., et al., 2014. Study of Oxo-biodegradable Polyethylene Degradation in Simulated Soil. Materials Research. 2014; 17(Suppl. 1): 121-126

Mukamto, et al., 2015. Isolation of Oxo-degradable Polyethylene Degrading-Bacteria of Benowo Landfill Soil Surabaya.  Microbiology Indonesia. Vol.9, No.1, March 2015, p 1-8

Ojeda, et al., 2009. Abiotic and biotic degradation of oxo-biodegradable polyethylene. Polymer Degradation and Stability 94 : 965–970

Pusat Pelayanan Teknologi – BPPT, 2014. Test Report ASTM 6954.

Pusat Pelayanan Teknologi – BPPT, 2018. Test Report ASTM 6954 (Re-do).

Rodriguez da Luz., et al, 2013. Degradation of Oxo-Biodegradable Plastic.  https://www.researchgate.net/publication/256072950